Relawan Pemulasaran Meniti Jalan Kemanusiaan



 Merdeka.com - Selasar Gedung Wanita Bogor jadi saksi bisu jalan kemanusiaan para relawan. Hari itu, jarum jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Beberapa orang bersiap mengenakan pakaian Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.

Sorang operator berkaos Polmas Bogor sibuk melayani panggilan. Masuk melalui radio HT. Matanya sesekali membaca pesan singkat yang terpampang di telepon genggam.

Di sudut lain, ada relawan yang bertugas memasukkan data. Sambil menyiapkan berkas surat jalan yang Bekal regu relawan yang sudah siap melaksanakan tugas. Sederet nama tertulis di sebuah papan. Berisi data diri jenazah yang akan dimakamkan. Pagi itu tertulis tiga jenazah korban covid-19. Tiga jenazah itu harus dijemput di rumahnya masing - masing.


Ambulans tiba di dekat rumah duka. Di sana sudah ada ketua RW. Jenazah korban Covid-19 berada di ruang tertutup sebuah rumah petak. Hari itu, seorang ibu muda berusia 22 tahun meninggal dunia. Putrinya masih berusia tiga tahun.

Beruntung sudah ada wanita paruh baya yang bersedia memulasarkan jenazah. Selesai disucikan dengan cara tawamun, relawan langsung membungkusnya dengan plastik dan memasukan ke dalam peti. Jenazah dimasukkan dalam ambulans untuk dimakamkan di Kota Tasikmalaya.


Setiap hari, tiga puluh relawan harus bersiaga 24 jam. Jika ada laporan warga meninggal saat menjalani isolasi mandiri. Mereka menyediakan peti jenazah berikut plastik dan kantong mayat. Mereka juga yang membawa jenazah korban covid-19 ke tempat pemakaman khusus.

"Tugasnya membungkus jenasah, memasukkan ke dalam peti lalu membawanya ke TPU. Kami terlibat di pemulasaran karena kadang ada keluarga atau tetangga korban yang memilih menjauh," tutur koordinator relawan, Heri.

Banyak korban Covid-19 yang meninggal ketika menjalani isolasi mandiri. Para relawan ini rata-rata membantu pemulasaran tujuh hingga delapan jenazah setiap hari.

Para relawan ini datang dari berbagai profesi. Ada yang bekerja sebagai satpam, juru parkir, wiraswasta, hingga pekerja kantoran. Mereka tidak digaji. Makan seadanya dari bantuan warga. Modal mereka satu. Semangat meniti jalan kemanusiaan.

©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Post a Comment

0 Comments